TUGAS KELOMPOK
M.K : PROFESI KEPENDIDIKAN
KONSEP DASAR
ORTOPEDAGOGIK
PRODI
PENDIDIKAN KOPERASI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2013
KONSEP DASAR ORTOPEDAGOGIK
1. Pengertian dan Jenis Ortopedagogik
Ortopedagogik
berasal dari bahasa Yunani arios, artinya
lurus, baik, atau normal. Paedos
artinya anak, dan agogos artinya
pendidikan, pimpinan, atau bimbingan. Dengan demikian ortopedagogik dapat
diartikan sebagai pendidikan yang bersifat meluruskan, memperbaiki,
menyembuhkan, atau menormalkan anak-anak berkelainan atau anak luar biasa.
Dengan kata lain, ortopedagogik adalah ilmu pendidikan bagi anak luar biasa.
Pendidikan bagi anak luar biasa atau ortopedagogik tersebut dalam
literatur-literatur berbahasa Inggris disebut special education, sehingga ada yang menterjemahkannya menjadi
pendidikan khusus. Dengan demikian ortopedagogik dan special education memiliki pengertian yang sama, yaitu pendidikan
bagi anak luar biasa atau pendidikan anak berkelainan.
Ortopedagogik
merupakan cabang dari ilmu pendidikan umum atau pedagogic umum yang di
Indonesia biasa disebut pendidikan bagi anak luar biasa, atau pendidikan luar
biasa, atau ilmu pendidikan luar biasa. Ortopedagogik sering dibagi dua macam,
yaitu ortopedagogik umum atau ortopedagogik khusus. Ortopedagogik umum
berkenaan dengan pendidikan bagi anak luar biasa pada umumnya, sedangkan
ortopedagogik khusus berkenaan dengan pendidikan bagi tiap jenis anak luar
biasa. Ortopedagogik umum membahas hakikat anak luar biasa dan landasan
penyelenggaraan pendidikannya secara umum, sedangkan ortopedagogik khusus
membahas hakikat tiap jenis anak luar biasa dan penyelenggaraan pendidikan
secara rinci. Buku ini tergolong buku ortopedagogik umum sedangkan buku-buku
yang khusus membahas pendidikan bagi tiap jenis anak luar bisa tertentu secara
rinci seperti pendidikan bagi anak tunarungu, pendidikan bagi anak tunagrahita,
pendidikan anak berbakat, pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, dan
sebagainya, disebut buku ortopedagogik khusus.
2.
Ortopedagogik
sebagai Aplikasi Teori-teori Ilmu Lain
Pada mulanya
ortopedagogik bukan merupakan suatu disiplin ilmu karena hanya merupakan
aplikasi dari teori-teori disiplin ilmu tertentu, terutama ilmu kedokteran dan
psikologi. Ilmu kedokteran adalah disiplin ilmu terapan yang berakar pada
ilmu-ilmu hayat (biological sciences).
Adapun objek material ilmu kedokteran adalah manusia sedangkan objek ontologis
atau objek formalnya adalah kesehatan manusia. Dengan perkembangannya, ilmu
yang berkenaan dengan sebab-sebab suatu penyakit (etimologi) dan ilmu tentang gejala-gejala suatu penyakit dalam ilmu
kedokteran, terutama ilmu kedokteran jiwa (psikiatri)
dan ilmu syaraf (neurologi), para
dokter menemukan adanya penyakit yang disebabkan oleh kesalahan atau kekeliruan
dalam pelaksanaan pendidikan. Berkat kemajuan ilmu tentang sebab-sebab suatu
penyakit dan ilmu tentang gejala-gejala suatu penyakit tersebut pada dokter
juga menemukan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melalui penggunaan
obat-obatan atau terapi medis tetapi diperlukan terapi pendidikan atau terapi
educative (education theraphy). Dengan ditemukannya penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh kesalahan dalam pemberian pendidikan dan penyakit-penyakit yang
memerlukan terapi pendidikan maka para dokter mengembangkan suatu tekhnik
penyembuhan penyembuhan yang disebut ortopedagogik. Dengan demikian, nama ortopedagogik
pada tahap ini belum dapa dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu, tetapi hanya
sebagai teknik penyembuhan yang bersifat mendidik (theraphy educativelly), sebagai aplikasi dari teori-teori ilmu
kedokteran. Seperti telah dikemukakan bahwa objek formal ilmu kedokteran adalah
kesehatan manusia, maka terapi pendidikan atau yang disebut ortopedagogik pada
saat itu, diarahkan hanya pada usaha-usaha penyembuhan bagi anak-anak lur biasa
yang tergolong cacat atau penyandang ketunaan, seperti tunagrahita, tunarungu,
tundaksa, tunanetra, dan sebagainya (Van Gelder, 1988).
Para psikolog, khususnya
yang berkecimpung dalam psikologi klinis, juga menghadapi masalah yang sama
dengan yang dihadapi oleh para dokter. Dalam melaksanakan kegiatan
profesionalnya, para psikolog menemukan adanya anak-anak dengan perilaku
abnormal yang sumber penyebabnya adalah kesalahan dalam pendidikan. Para
psikolog juga menemukan adanya anak-anak yang proses mental dan perilakunya
menyimpang dari criteria normal yang memerlukan teknik penyembuhan yang
bersifat mendidik. Teknik penyembuhan yang bersifat mendidik tersebut oleh para
psikolog, seperti halnya para dokter, disebut ortopedagogik. Dengan demikian,
nama ortopedagogik pada tahap ini bukan nama dari disiplin ilmu yang otonom
melainkan halnya sebagai suatu teknik penyembuhan yang bersifat mendidik.
Teknik penyembuhan ini juga lebih banyak terarah pada anak-anak luar biasa yang
tergolong menyandang ketunaan atau cacat.
Dari uraian yang telah
dikemukakan, menunjukkan bahwa baik para dokter maupun psikolog berhadapan
dengan penyakit, proses mental, dan perilaku yang menyimpang dari criteria
normal yang disebabkan oleh kesalahan atau kekeliruan pendidikan dank arena itu
diperlukan teknik penyembuhan atau terapi yang bersifat mendidik. Oleh karena
itu, ortopedagogik sebagai teknik penyembuhan dalam ilmu kedokteran dan
psikologi belum dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang otonom. Pada
tahap ini baik dokter maupun psikolog menyadari bahwa mereka berhadapan dengan
masalah pendidikan yang berada diluar objek formal atau objek ontologism
disiplin ilmu mereka.
3.
Ortopedagogik
sebagai Bagian Pedagogik
Masalah pendidikan yang
sering dihadapi dokter dan psikolog dalam melaksanakan tugas profesionalnya
disebabkan karena kondisi kesehatan manusia sering berkaitan dengan pendidikan
yang diperoleh sebelumnya sehingga diperlukan teknik penyembuhan yang bersifat
mendidik. Proses mental dan penyimpanan perilaku juga sering disebabkan oleh
pendidikan yang diperoleh sebelumnya sehingga juga diperlukan teknik penyembuhan
yang bersifat mendidik. Dengan demikian, baik para dokter maupun psikolog
sering berhadapan dengan masalah pendidikan yang bukan merupakan bidang telaah
atau objek formal atau objek ontologism keilmuan mereka. Dalam kondisi semacam
ini ilmuan dituntut untuk memahami benar bidang telaah keilmuannya. Berkenaan
dengan itu, Suriasumantri (1984) menyarangkan agar ilmuan mengetahui kaplingnya
sendiri agar dipandang tidak imperialistic oleh ilmuan lain. Kondisi ini juga
mendorong perlunya pendekatan multidisipliner dalam memecahkan permasalahan
kehidupan sehari-hari, termasuk .permasalahan pendidikan. Pendekatan
multidisipliner tersebut menuntup tiap ilmuan bersikap rendah hati dan
mengetahui dengan sungguh-sungguh batas telaah keilmuannya.
Bidang telaah atau objek
ontologism atau objek formal ilmu pendidikan atau pedagogic adalah situasi
pendidikan anak untuk mencapai kedewasaan. Usaha memecahkan masalah pendidikan,
khususnya pendidikan untuk anak luar biasa yang tergolong penyandang ketunaan,
yang belum terintegrasi, seperti dilakukan oleh para dokter maupun psikolog,
menyebabkan banyak ilmuan pendidikan merasa tidak puas. Ketidakpuasan tersebut
mendorong dimasukkannya ortopedagogik yang semula hanya dipandang sebagai
teknik penyembuhan medic-psikologik ke dalam disiplin ilmu pendidikan. Dengan
masuknya ortopedagogik menjadi bagian dari ilmu pendidikan maka terjadi pula
perbedaan asumsi tentang anak luar biasa pada saat ortopedagogik masih
merupakan teknik penyembuhan medic-psikologik dengan pada saat telah menjadi
bagian dari ilmu pendidikan. Dalam ilmu kedokteran dan psikologi keluarbiasaan,
khususnya yang tergolong cacat, diasumsikan sebagai suatu yang perlu
disembuhkan, diperbaiki, atau dinormalkan. Dalam ilmu pendidikan, anak baik
yang normal maupun yang tergolong luar biasa, diasumsikan sebagai makhluk yang
perlu dididik dan dapat dididik. Asumsi semacam itu oleh Langeveld disebut animal educandum, yaitu makhluk yang
perlu dan dapat dididik. Dalam ilmu pendidikan semua anak diasumsikan dapat dan
harus dididik walaupun potensinya mungkin sangat terbatas.
Menurut Suriasumantri
(1984) tiap ilmu memiliki asumsi yang berbeda-beda. Seorang ilmuan harus
benar-benar memahami asumsi yang digunakan dalam analisis keilmuannya. Karena
penggunaan asumsi yang berbeda akan berbeda pula konsep pemikiran yang
digunakan. Ada dua syarat asumsi keilmuan, yaitu harus relevan dengan bidang
dan tujuan suatu disiplin ilmu, dan harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana
adanya dan bukan yang seharusnya. Asumsi tersebut hendaknya merupakan
pernyataan kebenaran secara empiris dan dapat diuji. Sebagai bagian dari ilmu
pendidikan, maka ortopedagogik pada tahap ini menggunakan analisis keilmuannya
tidak lagi berdasarkan asumsi ilmu kedokteran dan psikologi (juga sosiologi)
tetapi menggunakan asumsi dalam ilmu pendidikan atau pedagogik, yaitu manusia
sebagai makhluk yang harus dan dapat dididik atau animal educandum.
4.
Ortopedagogik
sebagai Disiplin Ilmu yang Otonom
Ilmu telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat dan mencapai lebih dari 650 cabang keilmuan,
bahkan ilmu kimia saja telah mempunyai 150 disiplin (Suriansumantri, 1984).
Seperti halnya disiplin ilmu lain, ilmu pendidikan juga berkembang dengan
pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut disebabkan oleh adanya
kecenderungan dari para ilmuan untuk melakukan spesialisasi telaah keahliannya
agar diperoleh tingkat analisis yang lebih tajam dan lebih seksama.
Kecenderungan semacam itu juga melanda para ilmuan dalam bidang pendidikan bagi
anak luar biasa untuk menjadi ortopedagogik sebagai sisiplin ilmu yang otonom.
Adapun persyaratan untuk menjadi disiplin ilmu yang otonom tersebut sudah ada,
yaitu adanya bidang telaah khusus atau objek ontologis berupa situasi
pendidikan anak luar biasa. Penegasan itu dikemukakan oleh Gelder (1988) bahwa
objek ontologism dari ortopedagogik adalah situasi pendidikan dari anak yang
memiliki hambatan dalam mencapai kedewasaannya.
Kedewasaan yang dimaksud
bukan hanya kedewasaan biologis tetapi juga kedewasaan mental dan moral-sosial.
Kedewasaan dapat diartikan sebagai taraf kematangan oprtimal dari berbagai
potensi kemanusiaan secara integrasi yang mencakup fisik, kognitif, emosi, dan
intitusi. Pengertian kedewasaan semacam itu menyebabkan ortopedagogik tidak
hanya memiliki telaah garapan yang hanya mencakup usaha-usaha mendewasakan
anak-anak luar biasa yang tergolong cacat atau mengandung ketunaan tetapi juga
anak luar biasa secara luas termasuk anak berbakat.
5.
Ilmu-ilmu
Penunjang Ortopedagogik
Ilmu penunjang ortopedagogik
adalah disiplin ilmu yang memungkinkan untuk menjalani kerja sama
multidisipliner dengan ortopedagogik dakam memecahkan masalah pendidikan anak
luar biasa. Ilmu-ilmu tersebut tetap otonom dan bertolak dari asumsi dan bidang
telaah atau objek ontologis masing-masing. Dengan demikian dengan banyaknya
cabang ilmu sebegai akibat dari semakin terspesialisasinya bidang telaah ilmu
maka dapat dikatakan hampir tidak ada ilmu yang mampu memecahkan masalah
kehidupan tanpa harus menjalin kerjasama multidipliner dengan ilmu-ilmu lain.
Melalui pendekatan multidisipliner analisis masalah pendidikan anak luar biasa
menjadi lebih tajam sehingga pemecahan masalah tersebut diharapkan menjadi
lebih efektif.
Berbagai disiplin ilmu
yang sering terlibat dalam kerjasama multidisipliner untuk memecahkan masalah
pendidikan anak luar biasa adalah ilmu kedokteran (neurologi, psikiatri,
pediatri), biologi (anatomi, genetika), psikologi, dan sosiologi. Ilmu-ilmu
yang sering terlibat dalam pendekatan multidisipliner tersebut disebut juga
ilmu bantu atau ilmu penunjang ortopedagogik.
According to Stanford Medical, It is indeed the ONLY reason women in this country get to live 10 years longer and weigh an average of 19 KG lighter than us.
BalasHapus(And actually, it has NOTHING to do with genetics or some secret diet and EVERYTHING to around "how" they eat.)
BTW, What I said is "HOW", not "WHAT"...
CLICK this link to see if this little quiz can help you find out your real weight loss potential